SEJARAH
PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Berdasarkan
Wikipedia, Maulid Nabi Muhammad dalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW,
yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam
penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari
lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat
Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini
adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Peringatan
Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang),
bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 Hijriyah. Ibn Katsir
dalam kitab Tarikh berkata:
Sultan
Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Dia
merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan,
alim dan seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya.
Dijelaskan
oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan
Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai
disiplin ilmu, baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam
bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya. Sejak tiga hari,
sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan.
Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir
dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan
dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka
semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk
pertama kalinya itu.
Ibn
Khallikan dalam kitab Wafayat Al-A`yan menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn
Dihyah datang dari Maroko menuju Syam dan seterusnya ke Irak. Ketika melintasi
daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia mendapati Sultan Al-Muzhaffar, raja
Irbil tersebut sangat besar perhatiannya terhadap perayaan Maulid Nabi. Oleh
karena itu, Al-Hafzih Ibn Dihyah kemudian menulis sebuah buku tentang Maulid
Nabi yang diberi judul “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir”. Karya ini
kemudian dia hadiahkan kepada Sultan Al-Muzhaffar.
Para
ulama, semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga sampai
sekarang ini menganggap bahwa perayaan Maulid Nabi adalah sesuatu yang baik.
Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadis telah menyatakan demikian. Di antara
mereka seperti Al-Hafizh Ibn Dihyah (abad 7 H), Al-Hafizh Al-Iraqi (w. 806 H),
Al-Hafizh As-Suyuthi (w. 911 H), Al-Hafizh Al-Sakhawi (w. 902 H), SyeIkh Ibn
Hajar Al-Haitami (w. 974 H), Al-Imam Al-Nawawi (w. 676 H), Al-Imam Al-Izz ibn Abd
Al-Salam (w. 660 H), mantan mufti Mesir yaitu Syeikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i
(w. 1354 H), mantan Mufti Beirut Lubnan yaitu Syeikh Mushthafa Naja (w. 1351
H), dan terdapat banyak lagi para ulama besar yang lainnya. Bahkan Al-Imam
Al-Suyuthi menulis karya khusus tentang Maulid yang berjudul “Husn Al-Maqsid Fi
Amal Al-Maulid”. Karena itu perayaan Maulid Nabi, yang biasa dirayakan pada
bulan Rabiul Awal menjadi tradisi umat Islam di seluruh dunia, dari masa ke
masa dan dalam setiap generasi ke generasi.
Para
ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh
Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa
orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan
Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi.
Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan
membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam
membela islam pada masa Perang Salib.
Ahmad
bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
“Sholahuddin-lah
yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran
Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang
menghidupkan syari’at Islam di kala itu.”
Dalam
perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
“Negeri
Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu
Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu,
berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan
ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.”
Sumber
lain mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai oleh Dinasti
Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah. Berikut perkataan
ahli sejarah mengenai Maulid Nabi.
Al
Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki
banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid
(hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain,
maulid Fatimah az-Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam
pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam
pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam
pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri,
perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim
panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al
Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah),
dan hari Rukubaat.”
Asy
Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya mengatakan bahwa
yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari
kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah,
maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah
yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari
dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu
pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal.
251) dan Al Ustaz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga
mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun
(Fatimiyyun).
Di
Indonesia sendiri memiliki berbagai
macam acara untk merayakan maulid nabi seperti pembacaan shalawat nabi, al
barzanji, dakwah dan juga arak-arakan telor.
Komentar
Posting Komentar